Akhir tahun 2016, ketika diskon materi digusur diskon nurani

sumber google
Akhir tahun selalu identik dengan liburan, natal, perayaan ganti tahun, dan tak ketinggalan diskon. Bicara soal diskon, tak cuma kaum hawa yang klepek-klepek, kaum Adam juga suka sekali khususnya mahasiswa atau para perantau yang hidupnya irit tapi mau gayanya selangit, diskonan bisa jadi penyelamat kantong kala mengikuti tren semakin mahal. 

Diskon sendiri memiliki banyak Varian. Mulai dari potongan harga sekian persen, beli dua gratis satu, cuci gudang, refurbish, sampai berhadiah promo liburan segala. Caranya pun beragam mulai dari yang tradisional, pasang papan diskon dengan warna mencolok di depan produknya, tambahan kaka-kaka spg cantik yang berdiri disebelah produknya, sampai yang paling modern ya lewat online. Inipun punya istilahnya sendiri, flash sale, give away, free ongkos kirim dan masih banyak lagi.

Tentu beragam diskonan ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat, apalagi diakhir tahun biasanya ada bonus-bonus tertentu yang bikin pekerja jadi makin tergoda beli ini itu. Tak apalah toh sudah seharusnya konsumen dimanjakan sesekali dengan harga miring asal jangan orangnya saja yang miring. Bisa gawat nanti.

Nah, diskon material sudah menjadi hal biasa setiap tahunnya, pun moment nya bisa muncul berkali-kali dalam setahun. Tergantung event dan maunya si penjual saja. Sayangnya tahun ini bisa dibilang diskon materi sudah dianggap tak menarik lagi hal biasa, yang lebih miris hal ini karena tergeser diskon nurani. 

Yup Nurani, era digital telah membuat semua elemen masyarakat mudah berpendapat via media sosial. Bebas dan lepas apalagi setelah UU ITE direvisi dari pencemaran nama baik menjadi delik aduan dan adanya right to be forgotten atau hak untuk dilupakan dengan hanya menghapus konten yang dianggap tidak benar melalui putusan pengadilan. Kebebasan berkomentar dan mengupload konten pun merajalela. Warga yang aktif bermedsos ria atau lebih dikenal dengan sebutan netizen bisa bercuit sesukanya. Nurani? ah itu soal belakangan, yang penting emosi tersampaikan. Diskon sedikit tak apalah.

Masih segar dalam ingatan, viralnya video amukan Ibu pejabat MA kepada petugas lalu lintas yang dibanjiri komentar sedemikian rupa, si ibu dicaci maki dan dihina serendah-rendahnya dan si bapak petugas mendapat pujian, award bahkan umroh gratis.  Sanksi sosial yang didapat ibu tersebut seakan memaksanya untuk minta maaf, setelah hal itu dilakukan pun ia masih harus mendapat cibiran disana-sini dan akhirnya berujung mutasi ke daerah tanpa jabatan . Sungguh sanksi sosial di Indonesia jauh lebih kejam dari sanksi hukum. Bukan. Saya bukannya mendukung tindakan si ibu, hanya ketika sudah ada tindakan berdamai sudah semestinya kita lebih bisa menerima dan memaafkan. Bukannya melanjutkan hujatan.

Lalu adapula peluncuran 12 mata uang NKRI dengan desain terbaru diléngkapi wajah 12 pahlawan nasional, ada yang sudah terkenal adapula yang masih belum diketahui khalayak umum. Sedihnya ada saja oknum yang mempermasalahkan agama para pahlawan, padahal para pahlawan berjuang hingga mengorbankan nyawanya tanpa peduli agama mereka. Pun yang lain menambah bullying yang lebih menohok lagi hanya karena melihat wajah sang pahlawan. ckckck

Yang paling heboh ya pilkada DKI, salah satu calon yang tersangkut kasus penistaan agama menjadi bulan-bulanan di medsos, bahkan berujung kopdar besar yang punya nama keren sendiri, aksi 411 dan 212. Pesertanya juga berasal dari seluruh Indonesia, kabarnya sampai berjuta-juta. Tak hanya itu presiden dan beberapa tokoh agama juga tak luput dari komentar usil para netizen. Kata kafir, boikot, makar, kroni, antek, aseng, cina de el el menghias linimasa, wall sampai pesan group. Dan diprediksikan akan terus berlangsung hingga pemilihan dibulan februari nanti. Dosa? Ah selama yang diperangi orang kafir tidak apa-apa, malah bagus, dapat pahala. Gimana mau dapat pahala kalau sesama manusia saja sudah menyakiti. Yang ndak habis pikir yo presiden sendiri kok diolok-olok, lah sampeyan sopo jan?

Itu baru yang didunia maya, di dunia nyata nurani juga terdegradasi, peristiwa yang menghebohkan di akhir tahun ini ya perampokan dan pembunuhan di pulomas dimana 11 orang dimasukkan dalam kamar Mandi ukuran 1,5x1,5 meter tanpa ventilasi selama 17 jam. Akibatnya 6 orang meninggal dunia, dan 5 lainnya dalam kondisi lemas karena kekurangan oksigen. Banyak yang mengutuk kekejaman para pelaku (kabarnya 4 orang) yang membiarkan korbannya meninggal dunia secara perlahan, laiknya penyiksaan. Entah dimana nurani mereka, mungkin sudah tergadai untuk kebutuhan materiilnya.

Jika kita mundur lebih sedikit, kasus Jessica juga cukup menguras tenaga dan pikiran, mulai dari mengikuti proses persidangan yang disiarkan live sampai pusing mendengarkan pledoi,  analisa, dan ujungnya ikutan ngetwit untuk meramaikan trending topic. Wah kalau ditelusuri terus masih banyak peristiwa-peristiwa di negeri tercinta yang Bikin kita geleng kepala dan semakin mempertanyakan kadar nurani kita. Sudahlah jangan salahkan Awkarin terus, meskipun kita syucih dan dia penuh dosyaa. Mungkin yang harus dipertanyakan justru nurani kita yang semakin lama semakin membatu, hanya membuat segalanya makin kering dengan kebiasaan menjudge membabi buta, merasa paling benar, atau malah acuh pada yang lain. Mungkin kita terlalu latah menghujàt kesalahan orang lain. Tapi kita lupa untuk berkaca diri.

Kesimpulannya Bullying, penyiksaan atau apapun itu, baik dilakukan di dunia maya maupun nyata, sama-sama membawa dampak yang buruk bagi orang lain. Jika didunia nyata akibatnya bisa langsung dilihat dan lain halnya dengan dunia maya, biasanya hanya menimbulkan sakit hati berkepanjangan bagi para korbannya dan kepuasan berkelanjutan untuk pelakunya. Menarik memang nilah yang justru semakin menurunkan nurani. Yang pasti malaikat Roqib Atid tetap sibuk mencatat sepanjang waktu. 

Wah sudah jamnya berburu diskon nih, belanja dulu ah :)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah ADAB BERTETANGGA

DIMENSI ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

“Sejarah Perkembangan Psikologi dan Aliran-alirannya