Juventus sekarang berbeda dari Juventus di Final UCL 2015, Barca!

taken from twitter @Juventusfcid
Banyak dari fans Barcelona yang merasa beruntung mendapatkan lawan seperti Juventus di perempat final UCL (Uefa Champions League) musim 2016/2017. Mereka bersyukur tidak bertemu tim sekaliber Munchen atau Madrid. Bagi para Barcelonista (sebutan untuk para supporter Bacelona) level Juventus masih di bawah Munchen dan Madrid.
Mereka beranggapan, lebih mudah mengalahkan Juventus, dibanding mengalahkan Munchen atau Madrid, karena mereka pernah mengalahkan Juve pada final UCL musim 2014/2015 di Stadion Olimpiade Berlin. Mereka lupa, kalau Juventus yang sekarang sudah berbeda jauh dari Juventus pada laga final UCL 2015.
Perbedaan pertama jelas adalah ada pada sisi mental. Setelah berhasil masuk final di 2015, mental bermain para pemain Juventus seakan terangkat. Apalagi di semifinal, Juventus berhasil menyingkirkan juara bertahan Real Madrid dengan agregat 3-2. Mengalahkan Madrid di semifinal, dan sempat merepotkan Barcelona di final, membuat mental pasukan Max Allegri meningkat tajam.
Mental ini terlihat jelas ketika pertandingan perdelapan final di UCL melawan Munchen pada musim berikutnya. Pada leg pertama, bertanding di depan pendukungnya sendiri, Juve sempat tertinggal lebih dulu melalui gol Thomas Muller dimenit 43. Sepuluh menit babak kedua berjalan, Arjen Robben sukses menggandakan keunggulan Munchen menjadi 2-0, melalui sepakan kerasnya ke tiang jauh. 
Juve baru bisa memperkecil selisih gol pada menit 63 melalui Paulo Dybala. Dan baru bisa menyamakan kedudukan melalui sontekan Stefano Sturaro di menit 76, setelah meneruskan umpan dari Alvaro Morata.
Butuh perjuangan ekstra keras dan mental sekuat baja tentunya, agar bisa menyamakan kedudukan setelah tertinggal 2-0, apalagi yang dihadapi adalah tim sekelas Bayern Munchen.
Kejutan tak hanya terjadi disitu. Ketika bertandang ke Allianz Arena, kendang Munchen, Juventus berani menampilkan permainan terbuka di awal-awal laga. Permainan terbuka Juventus pun membuahkan hasil. Juventus mampu unggul cepat melalui gol Paul Pogba pada menit ke-5. Dua puluh lima menit kemudian, giliran Juan Cuadrado menjebol gawang Manuel Neuer.
Pertandingan pun akhirnya dilanjutkan melalui perpanjangan waktu, setelah sebelumnya Lewandowski dan Muller membobol gawang Buffon, masing-masing pada menit 73 dan injury time babak kedua. 
Saya menduga, jika pertandingan berlanjut sampai perpanjangan waktu, Juventus kemungkinan besar akan kalah. Dugaan saya pun akhirnya menjadi kenyataan, setelah dua pemain pengganti, Thiago Alcantara dan Kingsley Coman mampu menjebol gawang Juventus.
Menurut saya, pertandingan melawan Munchen di perdelapan UCL setaun silam, menjadi parameter kekuatan mental para pemain Juventus. Sanggup menyamakan skor setelah tertinggal 2-0 di Juventus Stadium, dan mampu unggul dengan selisih 2-0 sampai menit ke-72 di Allianz Arena adalah bukti bahwa level permainan Juventus hampir setingkat dengan Munchen.
Selain mental, perbedaan yang kedua adalah dari segi komposisi pemain. Di final 2015, Juventus masih diperkuat oleh pemain seperti Evra, Vidal, Pirlo, Pogba, Tevez, dan Morata. Juve bermain dengan formasi 4-4-2 diamond. Dengan Lichsteiner, Bonucci, Barzagli, dan Evra, sebagai tembok di depan Buffon. 
Di tengah ada Pirlo yang dilindungi dua gelandang box to box, Pogba dan Marchisio. Di depannya ada pemain serba bisa, Arturo Vidal, yang kali ini ditugaskan oleh Allegri sebagai trequartista di belakang Tevez dan Morata.
Di pertandingan tersebut, terlhat jelas level Barcelona berada satu tingkat diatas Juventus. Ini terbukti ketika pertandingan baru berjalan empat menit, Ivan Rakitic mampu merubah skor menjadi 1-0, setelah meneruskan umpan Andres Iniesta.
Setelah unggul, praktis Barcelona bermain dengan hati-hati melalui penguasaan bola yang sempurna. Mereka tidak mau terburu-buru memberikan umpan ke depan, melainkan lebih bersabar memainkan bola. Sambill menunggu kelemahan yang dibuat oleh barisan pertahanan Juventus yang terkenal solid.
Di babak kedua, Juventus tiba-tiba secara ajaib mampu menyamakan kedudukan melalui serangan balik cepat. Setelah sepakan keras Carlos Tevez mampu di halau kiper Barcelona, Ter Stegen, Alvaro Morata dengan sigap mampu memanfaatkan bola rebound dengan sempurna. Skor pun menjadi sama kuat, 1-1.
Barca kembali unggul, setelah Lionel Messi melakukan penetrasi menawan, sebelum tembakannya mampu di blok oleh Gigi Buffon. Bagai déjà vu gol penyama kedudukan Juve, Luis Suarez mampu memanfaatkan rebound dan membuat Barca unggl sekali lagi.
Akhirnya Barca mampu memperlebar jarak melalui gol Neymar di penghujung laga, setelah bekerja sama dengan Pedro. Barca menang 3-1, dan berhasil merengkuh gelar kelima Liga Champions, sekaligus meraih treble winner keduanya, setelah treble winner pertama diraih di tahun 2009.
Ini cerita di 2015. Saya meyakini di 2017 cerita akan berbeda. Selain yang sudah saya katakan diatas, Juventus telah berubah secara mental bermain serta komposisi pemainnya. Pertandingan Juventus versus Barcelona pun, akan dimainkan dalam sistem home and away, mengingat ini bukanlah partai final, melainkan masih perempat final.
Di pertandingan nanti, Juventus kemungkinan besar akan menurunkan formasi barunya, yakni 4-2-3-1. Saya berharap Allegri menurunkan komposisi terbaiknya di lini belakang. Yaitu, Sandro di kiri, duet Chiellini dan Bonucci di tengah, serta Dani Alves di kanan. 
Ini akan menjadi pertandingan istimewa bagi seorang Dani Alves. Karena dia akan menghadapi bekas klubnya, yang telah ia bela selama delapan musim. Sedikit banyak Alves akan memberikan “bocoran” terhadap Allegri, dimana titik lemah Barcelona.
Di tengah saya juga menginginkan Allegri menurunkan Pjanic dan Khedira sebagai double pivot. Tugas Pjanic adalah mengatur ritme pertandingan, sedangkan Khedira sebagai gelandang box to box
Di kanan semoga Allegri memainkan Juan Cuadrado. Kecepatannya akan sangat berguna untuk memulai serangan balik Juventus. Belum lagi ditambah, kerjasama apiknya dengan Dani Alves. 
Di kiri, Allegri pasti akan menurunkan Mario Mandzukic. Perannya di sisi kiri adalah sebagai wide target man. Ini agar bola tak melulu diarahkan ke Higuain. Mandzukic dengan tubuh yang menjulang tinggi, diharapkan mampu menjadi pemantul bola buat rekan-rekannya.
Di posisi second striker ada Paulo Dybala, yang akan bertugas menjemput bola di tengah sekaligus sebagai distributor bola dari lini tengah ke lini depan. Sedangkan peran Gonzalo Higuain sebagai striker utama di Juventus adalah menunggu umpan-umpan ciamik dari rekan-rekannya di kotak pinalti, dan membuka ruang, terutama untuk Dybala dan Mandzukic.
Semoga di pertandingan nanti, Juventus mampu mengimbangi permainan Barcelona. Atau malah menyingkirkan klub yang bermarkas di stadion Nou camp tersebut. Saya dengan penasaran akan menunggu, interpretasi taktik apalagi yang akan dipakai oleh Allegri untuk menandingi Barcelonanya Enrique yang lebih variatif permainannya, karena tidak hanya mengandalkan penguasan bola.
Semoga pertandingan ini berjalan ser dan menegangkan. Berharap tim terbaikla yang akan melanggeng ke semifinal, bukan tim yang dibantu olh seorang pengadil lapangan.

Komentar

  1. How To Play Coin Casino Games in New Jersey
    Coin Casino Game. In this, you will find the game selection that suits your preferences, which has the best features available 온카지노 for online casino 인카지노 play in New 제왕 카지노

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah ADAB BERTETANGGA

DIMENSI ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

“Sejarah Perkembangan Psikologi dan Aliran-alirannya