Pembalasan Dendam yang Sempurna di Juventus Stadium

Amazing! Itulah ungkapan yang tepat untuk melukiskan betapa luar biasanya penampilan anak asuh Max Allegri ketika melumat Barcelona tiga gol tanpa balas di perempat final Liga Champions Eropa.
Bermain di depan pendukungnya sendiri, Juventus tampil begitu “kesetanan”. Sungguh, ini merupakan pembalasan dendam yang sempurna atas kekalahan di final Liga Champions 2015.
Aroma angker Juventus Stadium sudah “tercium” kala para pemain Juventus dan Barcelona memasuki lapangan. Maklum, sudah 22 pertandingan di kompetisi Eropa, Juventus tak pernah kalah jika bertanding di kandangnya sendiri. Dengan rincian, menang 13 kali, dan sisanya seri.
Peluit tanda dimulainya pertandingan sudah ditiup oleh wasit. Juventus langsung berinisiatif menekan pertahanan Barcelona. Waktu baru berjalan 3 menit, Juventus sudah mendapatkan peluang melalui sundulan Gonzalo Higuain, memanfaatkan sepakan bebas Miralem Pjanic. Sayang, sundulannya mengarah tepat ke pelukan Ter Stegen.
Tekanan demi tekanan yang dilancarkan oleh Juventus pun membuahkan hasil. Penetrasi Juan Cuadrado di sisi kiri pertahanan Barcelona, tidak mampu dihentikan oleh Mathieu. Cuadrado dengan mudah memberikan assist melewati dua pemain Barcelona kepada Dybala. Dengan satu gerakan memutar badan, Dybala melepaskan sepakan di tengah kepungan pemain Bacelona di kotak pinalti.
Gol cepat yang diperoleh Juventus sepertinya sudah direncanakan. Mereka sengaja mencari gol di awal pertandingan, agar setelahnya bisa fokus bertahan dan mengandalkan serangan balik cepat.
Pada menit ke-21, gawang Buffon nyaris kebobolan. Untungnya Buffon begitu cekatan untuk menepis sepakan Iniesta yang sudah berhadapan satu lawan satu, memanfaatkan umpan cerdik dari Lionel Messi.
Semenit berselang, publik Juventus Stadium pun kembali bergemuruh. Paulo Dybala yang tanpa pengawalan melepaskan tendangan melengkung, memanfaatkan umpan tarik yang diberikan Mario Mandzukic dari sisi kanan pertahanan Barcelona. Juventus unggul 2-0.
Secara posisi, harusnya Dybala mendapatkan pengawasan ekstra dari Javier Mascherano, yang kali ini ditugaskan sebagai defensive midfielder oleh Luis Enrique, mengisi peran Sergio Busquet yang absen pada pertandingan ini, akibat akumulasi kartu kuning. Tapi sayang, Mascherano tak begitu agresif di pertandingan kali ini.
Tak hadirnya Busquet pada pertandingan kali ini sangat berpengaruh pada lini tengah Barcelona. Peran Busquet memang sangat vital di Barcelona. Selain sebagai distributor bola dari lini belakang ke lini tengah, Busquet sangat disiplin dalam menjaga kedalaman. Dia jarang sekali terlihat berada jauh di depan garis tengah lapangan.
Peran ini yang tak bisa digantikan oleh Mascherano. Yang pertama, Mascherano jelas tak memiliki kemampuan passing seperti Busquet. Ini yang membuat aliran bola Barcelona di tengah agak sedikit macet. Yang kedua, Mascherano sering berada terlalu jauh dari garis tengah lapangan untuk membantu serangan. Mascherano juga sering kali ditinggal sendirian di depan tiga bek Barcelona.
Iniesta dan Rakitic memang kurang bisa diandalkan dalam bertahan. Karena posisi keduanya bukanlah sebagai gelandang bertahan. Ini yang membuat beberapa kali serangan balik Juventus, menjadi sangat berbahaya.
Di babak kedua, Barca sebenarnya mengawali pertandingan dengan baik. Mereka mendapatkan peluang melalui Messi, Suarez, dan Neymar. Tetapi sayang, tak ada yang benar-benar membahayakan gawang Gianluigi Buffon.
Di sisi lain, Juventus mampu memaksimalkan peluang. Sundulan dari Giorgio Chiellini memanfaatkan sepak pojok yang diambil oleh Miralem Pjanic, membuat Ter Stegen mati langkah. Juventus pun unggul jauh menjadi 3-0.
Praktis, setelah gol ketiga ini, Juventus lebih fokus untuk bertahan mempertahankan keunggulan, dengan sesekali melakukan serangan balik cepat yang berbahaya. Barcelona pun dibuat hanya bisa berputar-putar di depan kotak penalti Juventus. Karena pertahanan Juventus sangat disiplin dalam hal zona marking terhadap pemain Barcelona.
Menarik memperhatikan peran dari dua fullback Juventus di pertandingan melawan Barcelona, Dani Alves dan Alex Sandro. Mereka berdua yang biasanya rajin membantu serangan, kali ini sangat disiplin dalam menjaga kedalaman. Mungkin kedua fullback tersebut diberi intruksi khusus oleh Allegri untuk menjaga Neymar dan Messi.
Belum lagi duet center back Juventus yang tampil tanpa kompromi. Bonucci bahu membahu bersama Chiellini untuk menyapu bersih setiap ada bola yang mengarah ke kotak pinalti Juventus. Mereka berdua pun secara bergantian mengawal setiap pergerakan tanpa bola yang dilakukan oleh Luis Suarez.
Di pertandingan ini, Juventus bermain dengan sangat taktis. Walau hanya menguasai bola dengan 32%, Juventus mampu melepaskan 8 tembakan ke arah gawang, dari total 14 tembakan. Sedangkan Barcelona, dari total 16 tembakan, hanya 4 yang mengarah ke gawang.
Interpretasi taktik yang dilakukan Allegri kali ini sangat sukses. Mampu mencuri gol cepat melalui Dybala adalah kunci Juventus memenangkan pertandingan ini. Setelah gol tersebut, pemain Juventus memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Karena ternyata, mencetak gol ke gawang Barcelona bukanlah hal yang mustahil.
Unggul dengan agregat 3-0 membuat Juventus lebih percaya diri ketika bertamu ke Camp Nou. Semoga di leg kedua nanti, Allegri bisa belajar dari kekalahan PSG di perdelapan final kemarin.
Saya yakin, Allegri merupakan pelatih yang cerdas. Dan saya juga yakin, kalau Barcelona tidak akan mampu comeback yang kedua kalinya di Camp Nou. Karena Juve, bukanlah PSG.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah ADAB BERTETANGGA

DIMENSI ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

“Sejarah Perkembangan Psikologi dan Aliran-alirannya