makalah Memahami komitmen Guru Profesional
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya
manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan
Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan berkualitas merupakan prasyarat bagi
terciptanya peningkatan sumber daya manusia tersebut. Dari hal tersebut, peran
seorang guru menjadi sangat penting sebagai ujung tombak dalam mendidik putera
bangsa di masa datang.[1]
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Oleh karena itu guru harus dapat membawa siswanya kepada tujuan yang ingin
dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya,berpandangan luas dan memiliki
berbagai kriteria sebagai seorang guru yang otentik.
Guru yang efektif adalah yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya
secara profesional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional diperlukan
berbagai persyaratan seperti 4 kompetensi ,kematangan pribadi, sikap penuh
dedikasi, serta harus mempunyai komitmen yang tinggi.
Dengan tingkat komitmen
yang tinggi dari guru diharapkan
pendidikan akan lebih siap dan mampu untuk menghadapi segala macam tantangan
dan hambatan.
B.
PEMBAHASAN
1.
Definisi
Kata komitmen berasal dari bahasa latin commitere, to
connect, entrust-the state of being obligated or emotionally, impelled adalah
keyakinan yang mengikat (aqad) Sedemiki-an kukuhnya sehingga membelenggu
seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakan perilaku menuju arah yang
diyakininya.
Park menjelaskan, komitmen guru merupakan kekuatan batin yang
datang dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu sendiri tentang
tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung
jawab dan responsive (inavotif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Komitmen lebih luas dari kepedulian, sebab dalam
pengertian komitmen tercakup arti usaha dan dorongan serta waktu yang cukup
banyak.[2]
Mulyasa berpendapat bahwa komitmen secara mandiri perlu dibangun pada
setiap individu warga sekolah termasuk guru, terutama untuk menghilangkan
setting pemikiran dan budaya kekakuan birokrasi, seperti harus menunggu
petunjuk atasan dengan mengubahnya menjadi pemikiran yang kreatif dan inovatif.[3]
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen guru professional adalah suatu
keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan
tanggung jawab dan sikap responsive dan inovatif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Jadi didalam komitmen tersebut terdapat beberapa
unsur antara lain adanya kemampuan memahami diri dan tugasnya, pancaran sikap
batin (kekuatan batin) kekuatan dari luar dan tanggap terhadap perubahan.
Unsur-unsur inilah yang melahirkan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban
yang menjadi komitmen seseorang sehingga tugas tersebut dilakukan dengan penuh
keikhlasan.
2. Jenis-jenis Komitmen
Guru
Menurut Louis
menjelaskan 4 jenis komitmen guru, yaitu :
a.
Komitmen Terhadap Sekolah Sebagai Satu Unit Sosial.
Sekolah adalah lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk
masyarakat. Lembaga sosial formal tersebut merupakan suatu organisasi yaitu
terikat terhadap tata aturan formal memiliki program dan target atau sasaran
yang jelas serta struktur kepemimpinan penyelenggaraan atau pengelolaan yang
resmi.
Guru sebagai pendidik berkewajiban membawa anak didik ke arah kedewasaan
dengan memanfaatkan pergaulan sehari-hari dalam pendidikan merupakan cara yang
paling baik dan efektif dalam pembentukan pribadi anak didik. Cara ini akan
menghilangkan jurang pemisah antara guru dan anak didik. Dengan kata lain guru
mempunyai komitmen terhadap sekolah, bertanggungjawab terhadap sekolah dan
profesinya dalam arti dengan sukarela, menciptakan iklim sekolah yang kondusif
dan berusaha mewujudkan tanggung-jawab dan peranan sekolah dalam mewujudkan
keberhasilan pendidikan dan pengajaran.
b. Komitmen Terhadap Kegiatan Akademik Sekolah
Tugas guru terkait dengan komitmen terhadap kegiatan akademik sekolah
antara lain :
1. Guru sebagai perancang pembelajaran, meliputi kegiatan :
a) Membuat dan merumuskan pembelajaran
b) Menyaiapkan materi yang relevan dan dengan tujuan waktu, faslitas,
perkembang-an imu, kebutuhan dan kemmpuan siswa siswi.
c) Merancang metode yang seusia dengan situasi dan kondisi Peserta didik.
d) Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator
dalam pengajaran.
e) Media, dalam hal ini guru berperan sbagai mediator dengan memperhatikan
relevansi, efektifitas dan efisiensi, kesesuaian dengan motode serta
pertimbangan praktis.[4]
2. Guru sebagai pengelola pembelajaran
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan
fasilitas dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan Peserta didik dalam menggunaan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan peserta didik bekerja dan
belajar, serta membantu peserta didik memperoleh hasil yang diharapkan. Selain
itu guru juga membimbing pengalaman sehari-hari anak didik kearah pengenalan
tingkah laku dan kepribadiannya sendiri.[5]
3. Guru sebagai pengarah pembelajaran
Guru hendaknya berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi
peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai
motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat
dikerjakan guru dalam memberikan motovasi adalah:
a) Membangkitkan dorongan peserta didik untuk belajar.
b) Menjelaskan secara kongkrit apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
c) Memberikan gambaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang
pecapaian prestasi yang lebih baik.
d) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
4. Guru sebagai pelaksana kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh
peserta didik selama dia mengikuti proses pendidikan. Keberhasilan dari suatu
kurikulum tergantung pada factor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru,
artinya guru adalah orang yang bertanggungjawab dalam upaya mewujudkan segala
sesuatu yang ada dalam kurikulum resmi.
Guru merupakan faktor yang pertama dan utama yang
mempengaruhi pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan
kurikulum di sekolah harus diawali dengan adanya komitmen guru untuk
menjalankan tugas yang aktif, kreatif dan inovatif.[6]
5. Guru sebagai evaluator
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan efktifitas
dan efisiensi dalam proses pebelajaran. Di sampng itu penilaian juga bertujuan
untuk mengetahui kedudukan peserta didik didalam kelas atau kelompoknya. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru
hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai
peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh dari evaluasi ini
akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik yang
diperoleh lewat penilaian akan dijadikan titik tolak ntuk memperbaiki dan
meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan
terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.[7]
c. Komitmen Terhadap Siswa-Siswi Sebagai Individu Yang
Unik
Berikut ini adalah pendapat Gardner mengenai perbedaan yang prinsip dari
siswa-siswi yang harus diketahui oleh guru sebagai landasan membangun komitmen
kesadaran bahwa pelajar adalah individu yang unik.
1) Perbedaan dalam latar belakang rumah – Rumah yang kaya dan rumah yang miskin, rumah tempat banyak yang dikerjakan
dan dilihat, dan rumah tempat yang sedikit hal-hal yang menstimulasi
anak,Pekerjaan yang dikerjakan para orang tua, para anggota keluarga atau para
tetangga, dan lingkungan sekitar sekolah
2) Perbeadaan dalam kesehatan dan nutrisi – Tinggi dan berat anak; energi anak dan kesiagaan umum-sering dikaitkan
dengan makanan yang mereka makan, catatan tentang penyakit anak berapa sering
anak tidak masuk sekolah,
3) Perbedaan dalam kemampuan anak di sekolah – Perkembangan pengetahuan dan keterampilan anak, dalam mata-mata pelajaran
dasar maupun mata-mata pelajaran yang menuntut kondisi fisik, dan perkembangan
tanggung jawab anak dan pengertiannya tentang cara berperilaku.
4) Perbedaan dalam minat – Anak-anak memiliki perbedaan minat baik didalam maupun diluar sekolah.
Dengan mengetahui minat anak-anak, guru dapat belajar bagaimana menyajikan
pelajaran, sehingga dapat lebih diminati dan bermakna bagi anak.
d. Komitmen Untuk Menciptakan Pengajaran Bermutu
Seorang guru senantiasa merespons perubahan-perubahan pengetahuan baru dan
terkini terutama ide-ide baru tersebut dalam implementasi kurikulum dikelas,
sehingga pembelajaran bermutu.
Mutu pembelajaran atau mutu pendidikan akan dapat dicapai jika guru
memenuhi kebutuhan siswa-siswi dan yang harus dipersiapkan oleh guru. Kemampuan
guru mencipta kan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan adalah upaya
posistif untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Mengajar adalah upaya yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana yang
kondusif agar terjadi proses pembelajaran yang efektif. Menjadikan proses
pembelajaran yang efektif artinya harus mampu melibatkan peserta didik, baik
keterlibatan emosional, pikiran dan fisik. Keterlibatan emosional menjadikan
siswa-siswi merasakan pentingnya materi yang dipelajari, sehingga benar-benar
menjadi sebuah kebutuhan. Melibatkan pikiran, siswa-siswi dapat digerakan dan
dibangkitkan motivasinya agar melibatkan pikiran untuk mempelajari konsep
maupun prinsip dalam ilmpu pengetahuan yang dipelajari, dan keterlibatan fisik
adalah untuk mengasah keterampilan dan mengembangkan bakat.
3. Karakteristik Komitmen
guru Profesional
Glickman menggambarkan ciri-ciri komitmen guru profesional, berupa :
a) Tingginya perhatian terhadap siswa-siswi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru terkait dengan
perhatiannya kepada siswa dan siswinya, antara lain sebagai berikut :
1) Memberikan bimbingan
Salah satu tugas guru adalah membimbing siswa-siswi. Membimbing berarti
mengarahkan siswa-siswi yang mempunyai kemampuan kurang, sedang dan tinggi.
Disini arti bimbingan yang sebenarnya bagi guru. Guru harus memahami
masing-masing siswa-siswinya dari kondisi fisik dan psikisnya agar mampu
melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
2) Mengadakan komunikasi yang intensif untuk memperoleh
infomasi tentang anak didik
Komunikasi dalam segala hal sangat dibutuhkan, apalagi berkaitan dengan
aktifitas sebagi guru. Guru yang bijaksana adalah guru yang peduli terhadap
keadaan siswa-siswinya. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada peserta didik
hendaknya dijadikan landasan dalam memberikan pengajaran. Oleh karenanya, guru
harus selalu menjalin komunikasi intensif dengan orang tua dan masyarakat terkait
dengan keadaan keluarga, lingkungan dan pergaulan peserta didiknya.
b) Banyaknya waktu dan tenaga yang dikeluarkan
Tugas guru merupakan tugas yang kompleks mulai dari mendidik, mengajar,
melatih, membimbing dan sebagainya. Oleh karenanya guru harus memiliki banyak
waktu dan tenaga untuk menunaikan kewajibannya yaitu Guru tidak hanya pendidik
didalam kelas, tetapi juga disela-sela waktu di luar jam mengajar serta guru
sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
c) Bekerja sebanyak-banyaknya untuk orang lain
Pekerjaan menjadi guru adalah pekerjaan dibidang jasa. Terkait dengan tugas
tersebut, para guru dibebankan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
1)
Guru memiliki tugas
professional – Guru merupakan
profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan meskipun
kenyataannya masih banyak dilakukan orang diluar kependidikan.
2)
Guru memiliki tugas
kemanusiaan – Tugas guru dalam bidang
kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.
Ia harus mapu menarik simpati sehingga ia menjai idola para siswa-siswinya.
3)
Guru memiliki tugas
kemasyarakatan – Masyarakat menempatkan
guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seorang guru
diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. [8]
Guru yang memiliki komitmen terhadap tugas setidaknya dari dalam dirinya
terpancar beberapa sikap:
·
Tugas sebagai guru
merupakan pancaran sikap batin
·
Siap sedia dimanapun
·
Tanggap terhadap
perubahan
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Guru Profesional
Komitmen
organisasi terbangun bila tiap individu mengembangkan tiga sikap yang saling
berhubungan terhadap organisasi atau profesi meliputi :
·
Identification
yaitu pemahaman atau penghayatan dari tujuan organisasi
·
Involment
yaitu perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaannya
adalah menyenangkan
·
Loyality
yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerja dan tempat tinggal.
Menurut David
dalam Sopiah mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada
organisasi, yaitu:
·
Faktor
personal
·
Karakteristik
pekerjaan
·
Karekteristik
struktur
·
Pengalaman
kerja.
C. PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa komitmen merupakan salah
satu hal yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan kewajibannya
sebagai pendidik di sekolah.
Sebagaimana diketahui bahwa komitmen merupakan orientasi guru terhadap
dunia pendidikan dimana mereka bekerja. Komitmen guru diwujudkan dengan keterlibatan mereka di
dalam pengajaran di sekolah. Komitmen organisasional adalah tingkatan dimana seseorang
bekerja mengidentifikasikan diri dengan organisasi dan tujuan-tujuannya, dan
berkeinginan untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi.
Diatas telah dijelaskan bahwa ada empat jenis komitmen guru
professional,keempat jenis komitmen tersebut saling berkaitan dan melengkapi
suatu komitmen penuh yang diberikan oleh seorang guru yang professional.
Dalam berkomitmen menjadi guru yang professional akan tampak dalam
karakteristik keseharian guru tersebut.Hal ini dapat dilihat juga dari bagaimana guru menghadapi
anak didik dan permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran.
Selain jenis dan karakteristik,adapula faktor-faktor yang
mempengaruhi komitmen seorang guru,ketiga hal ini harus dipahami secara
mendalam oleh para guru maupun calon-calon guru agar tercipta suatu
pembelajaran yang efektif khususnya,dan tercipta lingkungan pembelajaran yuang
mampu mendukung perkembangan peserta didik dan sekolah tersebut kearah yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Manajemen Sumber Daya Manusia Vol. 1 No. 1 Desember 64 2006
Sahertian, Profil Pendidik
Profesional, Yogyakarta : Andi Offset, 1994.
Mulyasa, Menjadi Guru
Profesional,Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,2003.
Kunandar,Guru Profesional .Jakarta
: Raja Grafindo Persada ,2010.
Moch.Uzer Usman,Menjadi Guru
Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya,2010.
Burhanuddin salam, Pengantar
Pedagogik (dasar-dasar ilmu mendidik), Jakarta : Rieneka Cipta, 1997
Fachruddin Saudagar, Pengembangan
Profesionalitas Guru , Jakarta : Gaung Persada Press,2009.
[1]
Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Vol. 1 No. 1 Desember 64 2006
: 63 – 79
[2]
Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta : Andi
Offset, 1994) hal. 44.
[3]
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya,2003) hal. 151
[4]
Kunandar,Guru Profesional (Jakarta : Raja Grafindo Persada ,2010),h.233-236
[5]
Moch.Uzer Usman,Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2010 ) cet.24.h.10
[6]
Burhanuddin salam, Pengantar Pedagogik (dasar-dasar ilmu mendidik),(Jakarta
: Rieneka Cipta, 1997) hal. 182.
[7]
Kunandar,op.cit.h.377
[8]
Fachruddin Saudagar, Pengembangan Profesionalitas Guru (Jakarta : Gaung
Persada Press,2009) h.63
Komentar
Posting Komentar