ADAB MAKAN



 ( Resume ini disusun untuk memenuhi tugas UAS pada mata kuliah Hadits Tarbawi )
 Dosen    : MM.Balya Hulaimy

                                                            Disusun oleh :
Dwi Niar Damayanti  
09.13.00.16

Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama
Juni 2010



Pendahuluan
Banyak orang memandang proses makan dan minum sebagai sesuatu yang lazim, adat atau kebutuhan hidup. Hingga tak jarang terdengar ungkapan bahwa: "Hidup untuk makan dan makan untuk hidup". Namun tidak demikian halnya dalam islam.Seperti yang kita ketahui Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Agama yang menjelaskan segala bentuk kemaslahatan (kebaikan) bagi manusia, mulai dari masalah yang paling kecil dan ringan hingga masalah yang paling besar dan berat. Demikianlah kesempurnaan Islam yang hujjahnya sangat jelas dan terang, malamnya bagaikan siang. Sehingga tidak ada satupun permasalahan yang tersisa melainkan telah dijelaskan didalamnya. Termasuk dari keindahan dan kesempurnaan agama Islam adalah adanya aturan-aturan dan adab ketika makan dan minum.Dalam Islam, makan dan minum tidak hanya difahami secara sempit seperti ungkapan diatas.Kaum muslimin memandang, bahwa proses makan dan minum hanyalah sebagai sarana, bukan tujuan hidup. Mereka menjadikannya sebagai penunjang kesehatan badan untuk memaksimalkan ibadah kepada Alloh swt. Dengan demikian dalam proses makan dan minum mereka senantiasa memperhatikan adab-adab yang telah di contohkan Rosululloh saw. Bagaimanakah agama Islam nan sempurna ini mengaturnya?
Berikut adalah hasil resume dari dua buku yang saya susun dalam bentuk makalah.Didalamnya berisi adab-adab tentang makan dengan meneladani Rasulullah saw.





Pembahasan
A.     Minhajul  Qashidin (Menggapai kebahagiaan hidup Dunia dan Akhirat)[1]
Adab-adab makan terdiri dari tiga bagian penting ,yaitu : adab sebelum makan,adab saat makan, dan adab sesudah makan.Dengan penjelasannya sebagai berikut :
1.      Adab sebelum makan
·         Mencuci kedua tangan,sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,sebab tabiat tangan selalu kotor.
·         Sebaiknya makanan diletakkan di atas alas yang digelar di permukaan tanah,sebagaimana perilaku Rasulullah saw, dan ini lebih menunjukkan sifat tawadhu’.
·         Duduk diatas alas dengan posisi tahiyat.
·         Niat,sebagai wujud ketaatan kepada Allah,tidak hanya sekedar kenikmatan belaka.Tanda niat yang benar adalah makan secukupnya dan tidak sampai kenyang.
·         Rasulullah saw bersabda :
Tidaklah anak adam mengisi bejana yang lebih buruk selain dari perut.Cukuplah anak Adam beberapa suapan sekedar yang dapat menegakkan tulang sulbinya.Jika tidak mungkin,maka sepertiga makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.”[2]
2.      Adab saat makan
·         Memulai dengan bacaan Basmalah
·         Menggunakan tangan kanan,sebagaimana Rasulullah saw bersabda,
يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.”[3]                                       
·         Mulai dari yang terdekat
·         Tidak mencela apa yang dimakan
·         Sedikit suapannya agar tidak mengesankan sifat tamak.
·         Tidak meniup makanan yang panas
·         Serta tidak minum ketika sedang makan,sebab hal ini amat baik dari sisi medis.
3.      Adab sesudah makan
·         Minum sebelum kenyang
·         Menjilat jari-jari tangannya untuk membersihkan makanannya.
·         Mengucapkan hamdalah,Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya Allah benar-benar  ridha terhadap seorang hamba,karena dia menyantap makanan lalu memuji-Nya atas makanan itu dan mereguk minuman lalu dia memuji-Nya atas minuman itu.”[4]
·         Mencuci kedua tangan
Selain adab –adab diatas,terdapat adab tambahan yang disebabkan oleh berkumpul dan bergabungnya orang lain ketika makan,antara lain :
·         Tidak memulai makan ,sampai dimulai oleh orang yang memang layak memulainya.
·         Tidak makan dalam keadaan diam,tetapi sambil membicarakan hal-hal yang ma’ruf.
·         Mendahulukan kepentingan temannya atas dirinya.
·         Tidak memandang dan memperhatikan temannya yang sedang makan,sehingga membuatnya malu.
·         Tidak melakukan hal-hal yang membuat orang lain merasa jijik,misalnya mengkipas-kipaskan tangan diatas piring.



B.     Santunlah! : Etika Keseharian[5]
Pertama kali hal-hal pokok yang harus diperhatikan seorang muslim tatkala mengkonsumsi makanan dan minuman adalah :
1.      Makanannya harus bersih,dalam syariat islam dilarang dan diharamkan memakan benda-benda najis.misalnya , daging babi dan minuman keras.
2.      Dalam menyediakan dan memasak makananpun harus dipelihara kebersihannya.
3.      Makanan harus didapat dengan cara yang halal dan sah menurut syariat agama.
Setelah memahami dan menerapkan hal-hal diatas,selanjutnya kita membahas adab makan.

·         Mencuci tangan
Sepanjang hari sudah tentu tangan kita bersentuhan dengan berbagai  benda dan alat,sehingga tangan kita kotor dan harus dicuci sebelum menyantap makanan. Bahkan dianjurkan untuk berwudhu sebelum makan sebagai mana  Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa ingin memperbanyak kebaikannya,maka hendaknya ia berwudhu saat hendak makan.”
·         Dalam berbagai riwayat dianjurkan ,duduk tatkala makan hendaknya menunjukkan kerendahan hati dan tawadhu manusia di hadapan Allah serta menampilkan tingkat penghambaan dan penghargaan terhadap berbagai kenikmatan Ilahi . Al Hafidzh Ibnu Hajar  menerangkan: “… maka cara duduk yang disunnahkan ketika makan adalah duduk dengan jatsa. Artinya duduk di atas kedua lutut dan kedua punggung kaki, atau dengan mendirikan kaki yang kanan dan duduk di atas kaki kiri.”
·         Memulai dengan nama Allah
Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Apabila salah seorang diantara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismilah.’ Dan jika ia lupa untuk mengucapkan Bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan ‘Bismillahi Awwalahu wa Aakhirahu (dengan menyebut nama Allah di awal dan diakhirnya).”[6]
·         Menggunakan tangan kanan dan makan makanan yang lebih dekat dengan dirinya lebih dahulu.
Umar bin Abi Salamah rodhiallohu anhu berkata:
·         "كُنْتُ غُلَامًا فِيْ حِجْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ يَدِي تَطِيْشُ فِيْ الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :يَا غُلَامُ سَمِّ اللهَ تَعَالَى وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ"
"Dahulu, aku menjadi pembantu di rumah Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam. Dengannya aku pernah merambah piring makanan, lalu Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Hai nak! Ucapkan Basmalah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu".[7]
·         Hendaknya tidak mencela makanan
Abu Huroiroh rodhiallohu anhu berkata:
·         "مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرَهَهُ تَرَكَهُ"
"Rosululloh tidak pernah mencela makanan sedikitpun. Jika ia suka, ia memakannya dan jika benci, ia tinggalkan". (HR. Bukhori:9/547 Muslim: 2064)
·         Hendaklah sisa-sisa makanan yang ada dipiring atau ditangan dibersihkan dengan mulutnya agar tidak tersisa sedikitpun hal yang mengandung barokah. Dan hendaklah makanan-makanan yang jatuh ke tanah, dibersihkan lalu dimakan dengan baik.
Anas bin Malik rodhiallohu anhu berkata:
·         "إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ ،وَقَالَ: إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا وَلْيُمِطْ عَنْهَا الأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ. وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ القَصْعَةَ .وَقَالَ: إِنَّكُمْ لَا تَدْرُوْنَ فِيْ أَيْ طَعَامِكُمْ البَرَكَةُ"
"Sesungguhnya Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam apabila makan, beliau menjilat tiga jarinya (yang digunakan untuk makan). Beliau bersabda: "Apabila makanan kalian jatuh, ambillah dan cucilah kotorannya, lalu makanlah. Dan jangan biarkan bagian untuk syaithon. Beliau memerintahkan kami untuk membersihkan piring makanan. Beliau bersabda: "Sesungguhnya kalian tidak tahu, makanan kalian yang mana berbarokah". (HR. Muslim: 2034)
·          Disunnahkan untuk berjama'ah ketika makan.
Sesungguhnya orang-orang berkata: "Ya Rosulalloh, kami makan tetapi tidak kenyang". Rosululloh bertanya: "mungkin kalian saling sendiri-sendiri?". Mereka menjawab: "Ya". Rosululloh bersabda:
·         "فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهِ يُبَارِكُ لَكُمْ فِيْهِ"
"Berkumpullah kalian ketika makan, dan sebutlah nama Alloh subhanahu wa ta'ala niscaya kalian diberi berkah".
·         Dilarang minum sambil berdiri, bernafas / meniupa minuman dan menum langsung dari botol.
Abu Sa'id Al-Khudri rodhiallohu anhu berkata:
·         "نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اخْتِنَاثِ الأَسْقِيَةِ"
"Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam melarang minum dari ujung botol/ teko". [8]
·         Tidak terlalu kenyang dalam makan dan minum
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
·         "المُؤْمِنُ يَشْرَبُ فِيْ مِعَى وَاحِدٍ وَالكَافِرُ يَشْرَبُ فِيْ سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ"
"orang mukmin minum dalam satu usus, sedangkan orang kafir minum dalam tujuh usus".[9]

·         Apabila selesai makan, mengucapkan Hamdalah, diantaranya:
·         "الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلَا قُوَّةٍ"
Abu Umamah rodhiallohu anhu berkata:
·         "أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَعَ مَائِدَتَهُ قَالَ :الحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِيِّ وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنَي عَنْهُ رَبِّنَا"
"Sesungguhnya Nabi sholallohu alaihi wa sallam apabila menyelesaikan makannya, beliau berdo'a: "Segala puji bagi Alloh yang banyak, baik dan penuh. Pujian yang tidak mencukupi, yang tidak dititipkan dan tidak dibutuhkan oleh Robb kami". [10]
  Tidak terlalu kenyang dalam makan dan minum
·         Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
·         "المُؤْمِنُ يَشْرَبُ فِيْ مِعَى وَاحِدٍ وَالكَافِرُ يَشْرَبُ فِيْ سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ"
·         "orang mukmin minum dalam satu usus, sedangkan orang kafir minum dalam tujuh usus". (HR. Muslim: 2063)




Kesimpulan

Demikianlah yang harus diperhatikan oleh umat muslim ketika memenuhi kebutuhannya demi  melangsungkan kehidupannya agar dapat terus beribadah dan melaksanakan perintah-Nya.Ingatlah firman Allah yang berbunyi :
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [11]
Dalam  buku Minhajul  Qashidin (Menggapai kebahagiaan hidup Dunia dan Akhirat) karya ibnu qudamah Al-Maqdisy yang diterjemahkan oleh Irfanuddin Rafi’uddin,Lc. Dijelaskan adab makan yang baik dengan meneladani Rasulullah saw secara garis besar dan kurang memperhatikan hal-hal yang sebenarnya sangat penting.Terbukti dengan tidak adanya syarat-syarat makanan yang baik,dari segi kehalalannmya,cara memperolehnya dan cara mengolahnya.
Sedangkan buku Santunlah! : Etika Keseharian yang judul aslinya Adab-e Islam dan diterjemahkan oleh Ilyas Abu Haidar menjelaskan Adab makan secara runtut dan terperinci.Dimulai dari syarat-syarat makanan yang baik hingga membaca hamdalah.
Namun,kedua buku diatas sangat baik untuk dijadikan acuan bagi masyarakat yang ingin lebih mendalami tata cara makan yang baik dengan meneladani Rasulullah saw.
Sekiranya inilah hasil resume saya ,kurang lebihnya saya mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya.Semoga bisa diambil hikmahnya.











[1] Ibnu qudamah Al-Maqdisy,diterjemahkan : Irfannudin Rafi’uddin,Lc. (Jakarta:Pustaka As-sunnah,2008)
[2] Shahih,diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (2380),Ahmad (4/132),Ibnu Majah (3349), dan al-Baghawi (4048).
[3]HR Bukhari no. 5376 dan Muslim 2022 
[4] Diriwayatkan oleh al-bukhari (5631),dan muslim (96/111)
[5] Tim Akhlak,penerjemah : Ilyas Abu Haidar (Jakarta :Al-Huda,2005 )
[6] HR. Daud Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Ibnu Majah: 3264
[7] HR. Bukhori: 5376 dan Muslim: 2022)
[8] HR. Bukhori: 10/78 dan Muslim: 2023
[9] HR. Muslim: 2063
[10] HR. Bukhori: 5458 dan Muslim: 3452
[11] Q.S. Al-A’raf, 7 : 31

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah ADAB BERTETANGGA

DIMENSI ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

“Sejarah Perkembangan Psikologi dan Aliran-alirannya