“Kurikulum”

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sesuai dengan hakikat kurikulum pendidikan islam, maka rancangan kurikulum pendidikan Islam yang ideal itu, adalah mencakup seluruh aspek-aspek yang terdapat dalam kurikulum pendidikan tersebut. Dan setiap aspek dikaitkan dengan nilai-nilai Islam. Di dalam bidang keilmuan dirumuskan upaya pengintegrasian yang menyatu antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Penyatuan itu tidak hanya mencakup dengan memasukkan mata pelajaran agama ke sekolah-sekolah umum dan mata pelajaran umum ke pesantren dan madrasah. Akan tetapi, yang tidak kalah pentingnya adalah rancangan dari kedua jenis ilmu itu agar ada saling keterkaitannya.
Dalam rangka untuk merealisasikan semua aspek pendidikan islam, maka perlu dirancang keterpaduan antara pendidikan di sekolah di rumah, dan di masyarakatdalam satu kesatuan yang terintegrasi. Jadi, dengan demikian peserta didik selalu berada dalam suasana pendidikan walaupun dia berada diluar sekolah.
Pada bagian ini, kita bermaksud untuk menukik pada dua permasalahan yang sangat mendasar, yaitu : pertama, mendeskripsikan persoalan-persoalan di seputar pengertian, kurikulum yang mengacu pada tujuan pendidikan, pengembangan kurikulum, pengorganisasian materi dan buku teks , dan kurikulum yang mengacu pada prindip pendidikan.

Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kurikulum ?
2.      Bagaimana metode kurikulum yang mengacu pada tujuan pendidikan ?
3.      Bagaimana pengembangan kurikulum dalam pendidikan ?
4.      Bagaimana pengorganisasiaan materi dan buku teks yang padu ?
5.      Bagaimana prinsip pendidikan yang mengacu pada kurikulum ?


                                                   PEMBAHASAN

A. Pengertian
            Dewasa ini kurikulum dianggap sebagai meliputi : bahan pelajaran dan kegiatan kelas yang dilakukan anak-anak dan pemuda ; keseluruhan pengalaman di dalam dan di luar kelas yang disponsori oleh sekolah : dan seluruh pengalaman hidup murid.
            Apapun batasan yang diterima, pendidikan harus menetapakan kearah ilmu pengetahuan, pengerian-pengertian, kecakapan-kecakapan yang manakah pengalaman-pengalaman murid akan dibimbing. Kebijaksanaan ini menentukan scope dari kurikulum sekolah.

B. Kurikulum Mengacu Pada Tujuan Pendidikan
            Tujuan memiliki peran strategis dalam menentukan kebijakan. Tujuan yang jelas akan mempermudah pendidik mengambil langkah operasional dalam proses kependidikan. Dalam perspektif Islam, keharusan mengintegrasikan unsure religius yang transendental dengan setiap cabang ilmu menjadi hal yang tidak terelakkan. Sebab, jika kedua hal tersebut tidak terintegrasi dengan baik maka akan menimbulkan bias pemikiran yang pada gilirannya akan mengakibatkan rasa kebingungan pada peserta didik.
            Tujuan ini memilki arti yang sangat penting sehingga harus terus diperjelas. Sebab, ibarat ibadah, tujuan adalah niat yang harus ada sebelum ibadah tersebut dilakukan. Tanpa niat yang benar maka suatu ibadah akan kehilangan nilai ibadahnya. Tujuan dalam pendidikan juga memiliki posisi yang sama. Ia berfungsi sebagai penentu arah, standar yang hendak dicapai, serta pedoman yang harus dipakai tatkala pendidik akan melakukan evaluasi tentang keberhasilan proses pendidikan yang dilakukan. Dengan demikian, tujuan menjadi sentra pengembangan kurikulum.
            Hubungan antara tujuan pendidikan dan kurikulum ialah hubungan antara tujuan dan isi pendidikan. Suatu tujuan baru akan tercapai bila isi pendidikan tepat relevant. Dengan perkataan lain, hanya isi yang tepat, kurikulum yang tepat yang akan mengantarkan pendidikan mencapai tujuannya. Dalam hubungan demikian berarti pula tujuan akan menentukan isi atau kurikulum pendidikan. Artinya berdasarkan tujuan yang hendak dicapai kita menetapkan isi pendidikan.
            Meskipun pada dasarnya tujuan pendidikan yang pokok (ultimate goal) itu tetap, namun ini tidak berarti bahwa kurikulum itu harus tetap. Kurikulum justru harus berkembang, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat untuk apa pendidikan diselenggarakan. Dengan demikian kurikulum bersifat progresif, berkembang maju, dinamis. Oleh karena itu kita selalu mengadakan evaluasi dan revisi kurikulum.

C.Pengembangan Kurikulum
            Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, adminisator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus-menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah : administrator, guru, dan orang tua.

Peranan para administrator pendidikan
            Administrator tingkat pusat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang studi di Perguruan Tinggi serta maminta persetujuannnya terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah. Atas dasar kerangka dasar dan program inti tersebut para administrator daerah (kepala kantor wilayah) dan administrator local (kabupaten, kecamatan, dan kepala sekolah) mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Para kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi system pendidikan pada masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang secara terus menerus terlibat dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru. Walaupun guru dapat mengembangkan kurikulum sendiri, tetapi dalam pelaksanaannya sering harus didorong dan dibantu oleh administrator. Administrator lokal harus bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mengkomunikasikan system pendidikan kepada masyarakat, serta mendorong pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru dikelas. Peranan kepala sekolah lebih banyak berkenaan dengan implementasi kurikulum disekolahnya. Kepala sekolah juga mempunyai peranan kunci dalam menciptakan kondisi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya. Ia merupakan figur kunci di sekolah, kepemimpinan kepala sekolah sangat mempengaruhi suasana sekolah dan pengembangan kurikulum.

Peranan para ahli
            Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.
            Partisipasi ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila pengembangan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah atau local, maka partisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal bahkan sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang telah digariskan pada tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembang dan pelaksana kurikulum didaerah.

Peranan guru
            Guru memegang peranan yang cukup penting baik didalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang lebih luas. Hasil-hasil penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga dapat membantu mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru.
            Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pulalah yang menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat keahlian, keterampilan dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru, guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak.

Peranan orang tua murid
            Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal : pertama dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya dirumah. Orang tua juga secara berkala menerima laporan kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya. Rapor juga merupakan suatu alat komunikasi tentang program atau kegiatan pendididkan yang dilaksanakan di sekolah. Orang tua juga turut berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, lokakarya, seminar, pertemuan orang tua-guru, pameran sekolah, dan sebagainya.

D. Pengorganisasian Materi dan Buku Teks
            Tujuan-tujuan seperti telah dijabarkan dalam kurikulum di atas tidak cukup hanya dipajang pada silabus atau paket belajar. Tujuan-tujuan seperti itu harus tercermin dalam materi dan buku teks yang disusun sesuai dengan visi yang dituntut oleh tujuan tersebut. Upaya untuk mewujudkan hal ini memang berat karena membutuhkan waktu yang lama, biaya yang tidak sedikit, dan juga membutuhkan ahli-ahli ilmu yang sekaligus mempunyai wawasan religius yang memadai sehingga mampu membuat kurikulum yang integrative.
             Persoalan penting yang perlu di garis bawahi dalam menetapkan materi dan menyusun buku teks adalah bahwa ilimu-ilmu perennial (abadi) pada kelompok pertama tetap menjadi core-curriculum yang disusun dengan gradiasi dan sekuensi yang sesuai untuk masing-masing tingkat pendidikan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa Al-Qur’an bukanlah teks sains, melainkan kitab suci dan kitab petunjuk yang menuntun manusia pada segala aspek kehidupannya. Al-Qur’an memuat prinsip dasar dan motivator ilmu pengetahuan. Segala kegiatan ilmiah dimulai dari Al-Qur’an dan berakhir pada penemuan-penemuan sinyal-sinyal (ayat) Allah pada setiap hasil atau temuan ilmiah tersebut.
            Jika masalah materi dan buku teks ini mampu diselesaikan dengan baik maka urusan selanjutnya menyesuaikan komponen-komponen lainnya, seperti metode, latihan-latuhan guru, membina mekanisme dan dinamika aktualisasinya yang mencerminkan hubungan yang harmonis antara konsep dasar pendidikan, konsep operasional dalam membina dam mengembangkan peserta didik. Secara khusuk, reorientasi konsep kurikulum yang menyangkut materi dan buku teks ini sebagai implementasi dalam mengatasi pandangan dikotomik ilmu pengetahuan selama ini sehingga mampu menjadi kurikulum yang komprehensif dan integral. Yang tetap harus diperhatikan pendidik adalah bahwa setiap kurikulum menyimpan materi tersembunyi (hidden curriculum). Hiden curriculum ini dapat di kembangkan dan mengintegrasikan antar materi pelajaran.


E. Kurikulum mengacu pada prinsip pendidikan
            Untuk menghindari persoalan yang mungkin mucul dalam penyusunan kurikulum dan juga dalam proses belajar-mengajar ini. Suatu kesulitan dalam mengemukakan prinsip–prinsip pendidikan Islam secara normatif adalah timbulnya masalah yang sering tercampur dengan hal-hal yang bersifat mikro sehinnga para ahli biasanya berbeda dalam menetapkan mana hal-hal yang termasuk prinsip dan mana yang bukan. Oleh karena itu, berikut ini akan dikemukakan prinsip-prinsip pendidikan Islam yang dapat mewakili dan mengandung ide tentang prinsip-prinsip tersebut.

Prinsip Integrasi
            Integrasi adalah sebuah prinsip yang memandang adanya wujud kesatuan kehidupan dunia-akhirat. Kehidupan di dua alam ini dipandang sebagai satu perjalanan yang tiada terputus. Dunia diletakkan sebagai jembatan menuju alam akhirat yang abadi.

Prinsip Keseimbangan
            Sudah lazim diketahui bahwa manusia dalam perkembangan fisik, mental, dan pengetahuannya dibentuk oleh keluarga, sekolah dan lingkungannya yang beragam dan berbeda-beda. Oleh karena itu dalam penentuan materi atau kebijakan kependidikan tidak lepas dari perbedaan individualitas dan kolektivitas subjek didik. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan didalam menyusun kurikulum dan menetapkan materi ajar. Keseimbangan tidak harus sama, tetapi seimbang berdasarkan porsi yang diberikan pada suatu hal secara proporsional.

Prinsip Persamaan dan Pembebasan
            Prinsip ini berasal dari adanya keyakinan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan yang sama dan juga dari asal yang sama (QS. Al-An’am [6]: 98, dan QS. Az-Zumar [39]: 6) sehingga tidak ada perbedaan unsur jenis kelamin, kedudukan sosial-politik, warna kulit, dan lain-lain. Dari prinsip persamaan inilah mucul pendidikan kerakyatan, dalam arti seluruh rakyat berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak.

Prinsip Pendidikan Kontinu-Berkelanjutan
            Prinsip ini disebut juga prinsip pendidikan seumur hidup. Penulis cenderung memakai bahasa kontinu-berkelanjutan dengan dasar bahwa pendidikan Islam akan terus berjalan dimana saja dan kapan saja. Proses pendidikan akan terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, proses ini tidak akan berhenti hanya dengan kematian seorang ilmuwan. Jasa dan pahala ilmuwan akan terus mengalir sampai hari akhir selama ilmunya terus bermanfaat atau dimanfaatkan. (QS. Al-Maidah[5]: 39)

Prinsip Kemaslahatan dan Keutamaan
            Kemaslahatan (al-mashlahah) dan keutamaan (al-fadhilah) adalah sebuah prinsip yang mengharuskan pendidikan membawa manusia kearah mashlahah dan menuju kearah yang lebih utama. Prinsip ini adalah ruh pendidikan yang membawa nya menuju fungsi yang sebenarnya. Prinsip ini berasal dan berawal dari ruh tauhid yang menyebar dalam sistem moral, akhlak kepada Allah dengan menjaga kebersihan hati dan kepercayaan serta jauh dari kekotoran (QS. Al-Kahfi[18]: 110; QS.. Lukman[31]: 13 dan 22), dan memancar ke moralitas sosial.      
   
Kesimpulan
Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung cukup lama. Di dalam perjalanannya itu telah terjadi dinamika. Perubahan-perubahan itu pada dasarnya adalah alamiah. Perubahan-perubahan kearah kemajuan pendidikan yang bersumber dari ajaran Islam masa kini. Kendatipun kesadaran umat Islam Indonesia telah tumbuh sejak hampir seratus tahun yang lalu bahwa pendidikan Islam bukanlah semata-mata pendidikan yang mengarah kepada pendidikan ukhrawi saja, namun untuk merealisasikannya dalam bentuk nyata masih terasa banyak hambatan. Hambatan-hambatan itu bias disebabkan faktor intern dan bisa juga karena faktor ekstern. Berkenaan dengan itu pengkajian-pengkajian pendidikan secara mendalam dan menukik masih sangat dibutuhkan.

Diperlukan kajian-kajian yang mendalam agar dapat disatukan visi dalam menatap masa depan dan sekaligus dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia, baik dari teori maupun praktik.
                                                
  
PENUTUP

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan. Bahkan banyak pihak menganggap kurikulum sebagai “ rel” yang menentukan akan kemana pendidikan diarahkan. Kurikulum menentukan jenis dan kualitas pengetahuan serta pengalaman yang memungkinkan para lulusan memiliki wawasan global. Pengembangan Kurikulum ini merupakan salah satu sumbangan untuk mencapainya.

Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariiq.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu.


                                   Daftar Pustaka

Syam, Noor Mohammad., Filsafat Pendidikan dan Dasar Fisafat Pendidikan Pancasila, Surabaya, Usaha Nasional, 1986.
Roqib, M. Ag, Dr.Moh,. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta, LKiS Yogyakarta, 2009.

Syaodih Sukmadinata, Prof. DR. Nana,. Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2000. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah ADAB BERTETANGGA

DIMENSI ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

“Sejarah Perkembangan Psikologi dan Aliran-alirannya